Halaman

01 Mei 2009

Antara Kata dan Perbuatan..


Tidak disangsikan lagi bahwa adanya perbedaan antara kata dan realita adalah salah satu hal yang sangat berbahaya. Itulah sebab datangnya murka Allah sebagaimana firman-Nya surat Shaff ayat 2 dan 3.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.’” (HR Bukhari dan Muslim)


Berkaitan dengan para penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)

Dalil-dalil di atas menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.

Oleh karena itu, Ibnu Qudamah mengatakan, “Ketika berkhutbah seorang khatib dianjurkan untuk turut meresapi apa yang dia nasihatkan kepada banyak orang.” (Al-Mughni, 3/180)

Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)

Jundub bin Abdillah Al-Bajali mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang lain namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih, 1/195)

Bahkan sebagian ulama memvonis gila orang yang pandai berkata namun tidak mempraktekkannya karena Allah berfirman, “Tidakkah mereka berakal?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Sungguh tepat syair yang disampaikan oleh manshur al-Fakih, “Sungguh ada orang yang menyuruh kami untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, sungguh orang-orang gila. Dan sungguh mereka tidaklah berterus terang.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Berikut ini, beberapa perkataan salafus shalih berkaitan dengan masalah ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih :

1. Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.

2. Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang dikenakan.

3. Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.

4. Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”

5. Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”

6.Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”

Tidak diragukan lagi bahwa permisalan orang yang beramar makruf nahi mungkar adalah seperti dokter yang mengobati orang lain. Satu hal yang memalukan ketika seorang dokter bisa menyebutkan obat yang tepat untuk pasiennya demikian pula tindakan preventif untuk mencegah penyakit pasiennya kemudian ternyata dia sendiri tidak menjalankannya. Berdasarkan keterangan yang lewat, jelas sudah betapa bahaya hal ini, karenanya menjadi kewajiban setiap da’i dan muballigh untuk memperhatikannya. Karena jika obyek dakwah mengetahui hal ini maka mereka akan mengejek sang pendakwah. Belum lagi hukuman di akhirat nanti dan betapa besar dosa yang akan dipikul nanti.

Sebagian orang tidak mau melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar karena merasa belum melakukan yang makruf dan masih melanggar yang mungkar. Orang tersebut khawatir termasuk orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan.

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Untuk mengompromikan dua hal ini, Imam Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya yang tidak tercela itu berlaku untuk orang yang ketaatannya lebih dominan sedangkan kemaksiatannya jarang-jarang. Di samping itu, maksiat tersebut pun sudah ditutup dengan taubat. Sedangkan orang yang dicela adalah orang yang maksiatnya lebih dominan dan ketaatannya jarang-jarang.” (Al-Jami’ Li Syuabil Iman, 13/256)

Sedangkan Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)

Ibnu Hajar menukil perkataan sebagian ulama, “Amar makruf itu wajib bagi orang yang mampu melakukannya dan tidak khawatir adanya bahaya menimpa dirinya meskipun orang yang melakukan amar makruf tersebut dalam kondisi bermaksiat. Secara umum orang tersebut tetap mendapatkan pahala karena melaksanakan amar makruf terlebih jika kata-kata orang tersebut sangat ditaati. Sedangkan dosa yang dia miliki maka boleh jadi Allah ampuni dan boleh jadi Allah menyiksa karenanya. Adapun orang yang beranggapan tidak boleh beramar makruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat maka jika yang dia maksudkan bahwa itulah yang ideal maka satu hal yang baik. Jika tidak maka anggapan tersebut berkonsekuensi menutup pintu amar makruf jika tidak ada orang yang memenuhi kriteria.” (Fathul Baari, 14/554)

***

sumber: http://muslim.or.id

30 Maret 2009

Rumus Kecantikan Wanita


Tidak cantik = Minder dan jarang disukai orang.
Cantik = Percaya diri, terkenal dan banyak yang suka.
AH MASA SIH??

Itulah sekelumit rumus yang ada dalam fikiran wanita atau bisa juga akhwat. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja.

Semua warga Indonesia seolah satu kata bahwa yang cantik adalah yang berkulit putih, tinggi semampai, hidung mancung, bibir merah, mata jeli, langsing, dll. Akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari’at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik.

Ada yang harap-harap cemas mengoleskan pemutih kulit, pelurus rambut, mencukur alis, mengeriting bulu mata, mengecat rambut sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dll. Singkat kata, mereka ingin tampil secantik model sampul, bintang iklan ataupun teman pengajian yang qadarullah tampilannya memikat hati.


Maka tidak heran setiap saya melewati toko kosmetik terbesar di kota saya, toko tersebut tak pernah sepi oleh riuh rendah kaum hawa yang memilah milih kosmetik dalam deretan etalase dan mematut di depan kaca sambil terus mendengarkan rayuan manis dari si mba SPG.

Kata cantik telah direduksi sedemikian rupa oleh media, sehingga banyak yang melalaikan hakikat cantik yang sesungguhnya. Mereka sibuk memoles kulit luar tanpa peduli pada hati mereka yang kian gersang. Tujuannya? Jelas, untuk menambah deretan fans dan agar kelak bisa lebih mudah mencari pasangan hidup, alangkah naifnya. Faktanya, banyak dari teman-teman pengajian saya yang sukses menikah bukanlah termasuk wanita yang cantik ataupun banyak kasus yang muncul di media massa bahwa si cantik ini dan itu perkawinannya kandas di tengah jalan. Jadi, tidak ada korelasi antara cantik dan kesuksesan hidup!.

Teman-teman saya yang sukses menikah walaupun tidak cantik-cantik amat tapi kepribadiannya amat menyenangkan, mereka tidak terlalu fokus pada rehab kulit luar tapi mereka lebih peduli pada recovery iman yang berkelanjutan sehingga tampak dalam sikap dan prinsip hidup mereka, kokoh tidak rapuh. Pun, jika ada teman yang berwajah elok mereka malah menutupinya dengan cadar supaya kecantikannya tidak menjadi fitnah bagi kaum adam dan hanya dipersembahkan untuk sang suami saja, SubhanAlloh. Satu kata yang terus bergema dalam hidup mereka yakni bersyukur pada apa-apa yang telah Alloh berikan tanpa menuntut lagi, ridho dengan bentuk tubuh dan lekuk wajah yang dianugerahkan Alloh karena inilah bentuk terbaik menurut-Nya, bukan menurut media ataupun pikiran dangkal kita.

Kalau kita boleh memilih, punya wajah dan kepribadian yang cantik itu lebih enak tapi tidak semua orang dianugerahi hal semacam itu, itulah ke maha adilan Alloh, ada kelebihan dan kekurangan pada diri tiap orang. Dan satu hal yang pasti, semua orang bertingkah laku sesuai pemahaman mereka, jika kita rajin menuntut ilmu agama InsyaAlloh gerak-gerik kita sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Demikian pula yang terjadi pada wanita-wanita yang terpaku pada kecantikan fisik semata, menurut asumsi saya, mereka merupakan korban-korban iklan dan kurang tekun menuntut ilmu agama, sehingga lahirlah wanita-wanita yang berpikiran dangkal, mudah tergoda dan menggoda.

Mengutip salah satu hadist, Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Siapa yang Alloh kehendaki kebaikan baginya, Alloh akan pahamkan ia dalam agamanya”(Shahih, Muttafaqun ‘alaihi).
Hadist diatas dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Baz bahwa ia menunjukkan keutamaan ilmu. Jika Alloh menginginkan seorang hamba memperoleh kebaikan, Alloh akan memahamkan agama-Nya hingga ia dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang bathil, mana petunjuk mana kesesatan. Dengannya pula ia dapat mengenal Rabbnya dengan nama dan sifat-sifat-Nya serta tahu keagungan hak-Nya. Ia pun akan tahu akhir yang akan diperoleh para wali Alloh dan para musuh Alloh.

Syaikh Ibnu Baz lebih lanjut juga mengingatkan betapa urgennya menuntut ilmu syari’at:
“Adapun ilmu syar’i, haruslah dituntut oleh setiap orang (fardhu ‘ain), karena Alloh menciptakan jin dan manusia untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Sementara tidak ada jalan untuk beribadah dan bertaqwa kecuali dengan ilmu syar’i, ilmu Al-Qur’an dan as Sunnah”.

Dus, sadari sejak semula bahwa Alloh menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepadaNya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang Ittibaurrasul (mencontoh Rasulullah) sesuai pemahaman generasi terbaik yang terdahulu (salafusshalih), itu adalah tugas pokok dan wajib. Jika kita berilmu niscaya kita akan mengetahui bahwa mencukur alis (an-namishah), tatto (al-wasyimah), mengikir gigi (al-mutafallijah) ataupun trend zaman sekarang seperti menyambung rambut asli dengan rambut palsu (al-washilah) adalah haram karena perbuatan-perbuatan tersebut termasuk merubah ciptaan Alloh. Aturan-aturan syari’at adalah seperangkat aturan yang lengkap dan universal, sehingga keinginan untuk mempercantik diri seyogyanya dengan tetap berpedoman pada kaidah-kaidah syara’ sehingga kecantikan kita tidak mendatangkan petaka dan dimurkai Alloh.

Apalah gunanya cantik tapi hati tidak tentram atau cantik tapi dilaknat oleh Alloh dan rasul-Nya, toh kecantikan fisik tidak akan bertahan lama, ia semu saja. Ada yang lebih indah dihadapan Alloh, Rabb semesta alam, yaitu kecantikan hati yang nantinya akan berdampak pada mulianya akhlaq dan berbalaskan surga. Banyak-banyaklah introspeksi diri (muhasabah), kenali apa-apa yang masih kurang dan lekas dibenahi. Jangan ikuti langkah-langkah syaitan dengan melalaikan kita pada tugas utama karena memoles kulit luar bukanlah hal yang gratis, ia butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit. Bukankah menghambur-hamburkan uang (boros) adalah teman syaitan?.

JADI, mari kita ubah sedikit demi sedikit mengenai paradigma kecantikan.

Faham Syari’at = CANTIK
Tidak Faham Syari’at = Tidak CANTIK sama sekali!
Bagaimana? setuju?.


Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa sallam bersabda:
”Innallaha la yanzhuru ila ajsamikum wa la ila shuwarikum walakin yanzhuru ila qulubikum”
”Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati dan kalian” (HR. Muslim)

Mari kita simak syair indah dibawah ini:

Banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu
Banyak laki-laki tampan yang tertarik dan terpesona oleh wanita yang kurang cantik
Karena memiliki hati yang cantik
Dan tidak sedikit pula wanita cantik ditinggalkan laki-laki karena jelek hatinya
Karena kecantikan yang sejati bukanlah cantiknya wajah tapi apa yang ada didalam dada
Maka percantiklah hatimu agar dicintai dan dirindukan semua orang.



Wallahu ‘alam bisshowab.


sumber : http://jilbab.or.id
oleh : Ummu Zahwa

Maroji’:
297 Larangan Dalam Islam dan Fatwa-Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Ali Ahmad Abdul ‘Aal ath-Thahthawi.

18 Maret 2009

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok! (bagian 2 - selesai)

Halaman ke-2 dari 2 (selesai)


TERAPI MELEPASKAN DIRI DARI ROKOK

Dalam kitab Min Adhrari-Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, memberikan kiat bagi para pecandu rokok, agar terlepas dari kebiasaan buruk ini. [14]

Syaikh memberikan terapi.

[1]. Ketahuilah berdasarkan konsesus para dokter, merokok merupakan salah satu cara penganiayaan anda kepada tubuh anda yang indah.

[2]. Kenalilah bahaya-bahaya merokok ditinjau dari kesehatan, sosial dan ekonomi, dan sadarilah, Mulailah memikirkan untuk meninggalkannya, dan bulatkan tekad disertai tawakal kepada Allah.

[3]. Buatlah satu daftar harian tentang keburukan-keburukan rokok terhadap diri anda dan kawan-kawan anda.

[4]. Jauhilah sebisa mungkin bergaul dengan para perokok dan dari bau rokok. Usahakan hidup dalam suasana udara yang segar dan sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

[5]. Gunakan siwak atau benda untuk menggosok gigi, atau dengan lainnya, jika anda merasakan keinginan kepada rokok.

[6]. Konsumsilah segelas juice lemon, anggur dan jeruk. Karena bisa mengeliminasi hasrat merokok.


[7]. Merokok juga merupakan kebiasaan yang bisa berubah. Artinya, meninggalkan rokok bukan perkara mustahil.

[8]. Bila anda ingin membeli atau mengkonsumsinya, pikirkanlah, apakah ia halal ataukah haram? Apakah bermanfaat ataukah mengandung bahaya? Apakah termasuk barang yang baik ataukah keji? Maka anda akan menjumpai jawaban, bahwa rokok itu haram, berbahaya dan barang yang keji.

[9]. Kalau anda ragu-ragu untuk meninggalkan rokok, sungguh telah banyak orang yang telah berhasil memutuskan untuk tidak merokok. Artinya, putus hubungan dengan rokok bukan kejadian mustahil.

[10]. Anda harus menyadari bahwa rokok sulit untuk dikatakan bukan barang haram, karena melihat dampak buruknya bagi perokok aktif maupun pasif.

[11]. Memohon pertolongan kepada Allah agar memudahkan bebas dari jeratan rokok

ENGKAU TELAH MENYAKITI KAMI DENGAN ASAP ROKOK

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman mengatakan, bahwa kebiasaan merokok termasuk dapat merusak kehormatan, dikarenakan hukumnya haram. Binatang-binatang pun tidak menyukainya. Bau busuknya telah mengganggu banyak manusia, dan malaikat terganggu dengan sesuatu yang mengganggu manusia. Terlebih lagi jika memperhatikan bahaya-bahaya yang tidak terhitung jumlahnya. Rokok tidak dikonsumsi, kecuali memperlihatkan gambaran yang buruk menurut pandangan para ulama (rabbani). Akan tetapi, orang-orang kebanyakan begitu terjerat olehnya. Sampai ada yang berbuka puasa dengan menghisap rokok terlebih dahulu, atau untuk memulai makan atau minum. La haula wala quwwata illa billah. [15]

Sehingga, bila masih saja ada seseorang yang membela diri dengan tetap berbuat buruk, misalnya merokok, itu menandakan pada orang tersebut ada sesuatu yang rusak. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “ Seseorang yang sudah rusak jiwanya, atau keseimbangan dirinya, ia akan menyukai dan menikmati perkara-perkara yang membahayakan dirinya. Bahkan ia begitu merindukannya sampai merusak akal, agama, akhlak, jasmani dan hartanya”[16]

Kesimpulan yang bisa didapatkan berdasarkan kaidah-kaidah universal yang menjadi spirit agama Islam, disertai beberapa keterangan ulama rabbani, maka kita mengetahui, rokok bukan termasuk barang-barang yang pantas dinikmati oleh seorang muslim. Ini mengingat, besarnya bahaya yang timbul dari rokok. Apalagi bila disulut oleh sekian banyak orang secara rutin, maka semakin meyakinkan bahwa tidak ada pilihan lain. Jika rokok harus ditinggalkan. Gangguan kesehatan pada perokok aktif dan pasif, gangguan sosial dan ekonomi sudah tidak terelakkan, dan semakin menguatkan pandangan, bila rokok hanya akan membuat hidup lebih redup. Sehingga bila masih diperdebatkan boleh atau tidak untuk mengkonsumsinya, akan memporak-porandakan kaidah umum yang melekat pada syari’at Islam, yang menjungjung tinggi dalam melindungi jiwa, harta, keturunan dan kemaslahatan umum.

Rumah yang baik adalah rumah yang tidak terdapat korek penyulut rokok ataupun asbak. Baik barang itu berasal dari yang promosi gratisan atau lainnya. Sepertinya perlu menempelkan peringatan tentang larangan merokok di rumah masing-masing, sebagai sarana untuk mengingatkan orang-orang yang hendak merokok dengan cara yang baik, sehingga mengurungkannya.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
__________
Foote Note
[1]. Taisir Karimir Rahman hal. 553 Muassasah Risalah I Th.1423H – 2002M
[2]. Al-Athimah, Dr Shalih Al-Fauzan, Maktabah Al-Ma’arifg, Cetakan II, Tahun 1419H – 1999M, halaman 18.
[3]. Al-Athimah, Dr Shalih Al-Fauzan, halaman 28
[4]. Majmu Fatawa (1/265) dinukil dari Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, Dr Yusuf Ahmad Muhammad Al-Badawi, cetakan I Tahun 1421H – 2000M
[5]. Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, halaman 287
[6]. Maqashidusy Syari’ah Inda Ibni Taimiyah, halaman 461-479
[7]. HR Al-Bukhari no. 853, 4215, 4217, 4218, 5521, 5522 dan Muslim no. 561
[8]. HR Muslim no. 564
[9]. HR Muslim no. 567
[10]. Fatwa Fi Hukmid Dukhan, dinukil dari Al-Qaulul Mubin fi Akhta-il Mushallin, halaman 199
[11]. Al-Qaulul Mubin, Masyhur Hasan Alu Salman, halaman 199
[12]. Fatawa (1/82), dinukil dari Al-Qaulul Mubin, halaman 200
[13]. Akhthar Tuhaddidul Buyut, darul Wathan, Cetakan I Tahun 1411H, halaman 36-37.
[14]. Min adhraril Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, Penerbit Wizarah Dakhiliyyah KSA, Cetakan II, Tahun 1404H, halaman 53. Da’it-Tadkhin Wabda-il Hayah. Dr Ahmad bin Abdir Razzaq Bafarath dan Abdul Majid bin Abdul Karim Ad-Darwisy, halaman 22-23.
[15]. Al-Muru’ah wa Khawarimuha, Masyhur Hasan Alu Salman, Dar Ibni Affan, Cetakan I Tahun 1415H-1995M, halaman 118
[16]. Majmu Fatawa (19/34) dinukil dari Al-Maqashid, halaman 461Halaman ke-2 dari 2

16 Maret 2009

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok ! (bagian 1)


Halaman ke-1 dari 2 tulisan.


Sungguh sangat memprihatinkan, pemandangan sejumlah kaum muslimin yang asyik menyulut rokok di serambi masjid. Padahal, biasanya hal-hal yang berbau asap, hanya di jumpai di tempat-tempat kotor (pembuangan sampah) dan polusi, seperti di terminal, jalanan atau tempat lainnya yang sejenis.

Bahkan orang-orang yang telah ditokohkan oleh masyarakat tidak lepas dari kebiasaan “membakar diri” ini. Tidak mengherankan bila rokok menjadi sesuatu yang gampang dicari, barangnya maupun penggemarnya. Bahkan kegemaran merokok ini pun terbawa saat menunaikan ibadah haji, sehingga menjadi melekat pada jama’ah haji Indonesia. Karena memang, ada saja jama’ah haji Indonesia yang nekad menyulut rokok di dekat pintu keluar Masjidil Haram. Maka pantas saja, dalam salah satu selebaran yang dibagikan cuma-cuma di sana, memuat pelanggaran-pelanggaran yang kerap dilakukan oleh jama’ah haji Indonesia, di antaranya adalah merokok. Sungguh sangat memprihatinkan sekali.

ALLOH MEMERINTAHKAN KITA AGAR MENGKONSUMSI YANG BAIK-BAIK

Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ditujukan kepada para rasul-Nya dan kaum mukminin. Satu perintah yang sudah pasti bersumber dari rahmat dan kasih Allah Subhanhu wa Ta’ala kepada para hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Mukminun : 51]

Syaikh Abdur-Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan, salah satu kandungan ayat diatas menyatakan, bahwa para rasul secara keseluruhan sepakat membolehkan makanan-makanan yang baik-baik dan mengharamkan barang-barang yang buruk.[1]


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah” [Al-Baqarah : 172]

Sebagaimana kita ketahui, makanan yang thayyib (baik) sangat menunjang kesehatan jasmani dan ruhani Begitu pula dari kacamata kesehatan, asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang (sehat) sangat penting bagi kesehatan tubuh. Adapun dari segi ruhani, makanan yang thayyib mempunyai andil dalam menata “organ tubuh dalam” bagi manusia, hingga jiwanya pun menjadi baik, tunduk patuh kepada Rabbnya, menyukai kebaikan dan berlomba untuk meraihnya. Jadi ath-thoyyibat (makanan-makanan yang baik), ialah yang diperbolehkan oleh Allah, berupa makanan-makanan yang bermanfaat bagi jasmani, akal dan perilaku. Setiap yang bermanfaat itulah makanan yang thayyib. Adapun makanan-makanan yang berbahaya, itu semua termasuk khabis (buruk) [2].

Sisi ini, benar-benar menjadi sandaran dalam menentukan masalah tahlil (penghalalan) dan tahrim (pengharaman) dalam agama Islam yang hanif. Syaikh Shalih Al-Fauzan menggariskan kaidah dalam masalah ini, yaitu :”Setiap barang yang suci yang tidak mengandung madharat (bahaya) apapun, dari jenis biji-bijian, buah-buahan, (daging) binatang, itu halal. Dan setiap benda yang najis, seperti bangkai, darah atau barang yang tercemar najis, dan setiap yang mengandung madharat, semisal racun dan sesuatu yang serupa dengannya, hukumnya haram” [3]

ORIENTASI UMUM HUKUM-HUKUM ISLAM (MAQASHIDUSY SYARI’AH)

Tidak diragukan lagi, jika syari’at Islam yang lurus, misinya ialah mendatangkan kemaslahatan dan menyempurnakannya, serta menampik seluruh kejelekan dan menekannya sekecil mungkin. Dalam Islam, ini merupakan prinsip yang penting, Ibnu Taimiyah rahimahullah acap kali menyatakan, bahwa syari’at (Islam) datang untuk menyuguhkan seluruh kemaslahatan dan melengkapinya, dan menghentikan seluruh kerusakan dan memperkecilnya [4]. Sehingga, segala hal yang baik, atau kebaikannya rajihah (dominan), maka syari’at memerintahkannya. Adapun sebuah perkara yang benar-benar jelas keburukannya, atau keburukannya rajihah (lebih kuat), maka syari’at akan melarangnya. [5]

Termasuk kaidah dan prinsip umum di atas, yaitu kaidah yang berbunyi : La dharara wala dhirar (tidak boleh menciptakan bahaya bagi diri sendiri dan membahayakan orang lain), adh-dhararu yuzal (bahaya harus dihilangkan).

BETULKAH ROKOK BARANG YANG BURUK?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, secara jelas dapat kita lihat, dalam setiap kemasan dan tayangan iklan produk rokok, baik di media cetak maupun elektronik, selalu tertera pesan berupa peringatan yang baik, yaitu ; merokok dapat mengakibatkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Sehingga tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa rokok memang mengandung banyak bahan kimia yang membahayakan bagi manusia.

Ironisnya , “pesan atau peringatan baik” ini hanya sekedar pesan yang bersifat simbolis semata, bahkan sangat tidak efektif. Keberadaan pesan tersebut sama saja antara ada dan tidak adanya. Padahal telah diakui oleh para ahli, banyak bahaya yang ditimbulkan oleh sebatang rokok.

BAGAIMANA PULA DENGAN SYARIAT ISLAM?

Islam sangat menghormati jiwa. Karena itu, jika dalam kondisi yang benar-benar darurat, kita diharuskan makan meskipun barang tersebut haram. Begitu pula Islam melarang bunuh diri, dan lain sebagainya. Islam juga sangat menghargai akal manusia. Oleh sebab itu, Islam melarang benda-benda yang dapat menghilangkan kesadaran, baik yang hissi (benda padat semacam minuman keras, misalnya) atau bersifat maknawi, semacam judi, musik dan menyaksikan obyek-obyek yang diharamkan. Dan Islam juga benar-benar memperhatikan kesucian dan keselamatan an-nasl (keturunan). Maka, dianjurkan untuk menikah, persaksian dalam pernikahan, perhatian kepada anak-anak, melarang pernikahan dengan wanita pezina, larangan ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan), dan sebagainya. [6]

Coba kita membandingkan nilai-nilai luhur dalam Islam ini, yang masuk dalam bingkai pemeliharaan dharuriyyatul-khams (lima perkara primer) dengan pesan atau peringatan yang melekat dalam setiap kemasan bungkus rokok. Hasinya, sangat bertentangan. Apalagi jika menghitung banyaknya uang yang dibelanjakan untuk membeli rokok, maka semakin jelas kebiasaan merokok sangat berseberangan dengan spirit pemeliharaan harta dalam Islam (hifzul mal).

BAWANG ATAUKAH ROKOK YANG MENYISAKAN BAU LEBIH BUSUK PADA MULUT ORANG?

Menyoal kegunaan bawang, setiap orang sudah mengetahui, hingga kelezatan kebanyakan makanan tidak lepas dari rempah-rempah ini. Akan tetapi harus dimengerti, yakni bagi orang yang mengkonsumsinya dalam keadaan mentah, ia tidak boleh masuk dan menghadiri shalat berjama’ah di masjid, sampai bau menyengat bawang dari mulutnya hilang.

Dari sahabat Ibnu Umar, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari penaklukan Khaibar.

“Baragsiapa yang makan dari pohon ini –yaitu bawang putih- janganlah ia mendekati masjid kami”.[7]

Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah, hendaknya ia menjauhi kami (atau berkata), hendaknya ia menjauhi masjid kami dan duduk saja di rumahnya”

Dalam riwayat lain.

“Barangsiapa yang makan dari tanaman yang busuk ini : beliau (juga) pernah mengatakan barangsiapa makan bawang merah, bawang putih dan bawang bakung, hendaknya ia jangan mendekati masjid kami. Sebab malaikat terganggu dengan barang yang manusia terganggu dengannya” [8]

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman menyimpulkan, dalam hadits-hadits ini terdapat keterangan dibencinya makan bawang merah dan bawang putih ketika akan mendatangi masjid. Hal ini, karena Islam merupakan agama yang peduli dengan perasaan orang lain, menganjurkan bau yang normal dan moral yang baik. Tergolong dalam hukum ini juga, yaitu bawang putih, bawang merah dan jenis bawang bakung, serta setiap makanan yang mengandung bau tidak enak dan jenis lainnya.

Beliau menambahkan : Hukum –dalam masalah ini- di pelataran masjid dan tempat yang berada di dekatnya sama. Karena itu, Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata dalam khutbahnya : “Kemudian kalian, wahai orang-orang yang makan dari dua tanaman ini. Aku tidaklah mengangapnya, kecuali khabits (buruk), (yaitu) bawang merah dan bawang putih ini. Aku pernah melihat Rasulullah, bila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpainya baunya dari seseorang di dalam masjid, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkannya sampai Baqi. Barangsiapa memakannya hendaknya mematikan baunya dengan dimasak (dahulu)” [9]

Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan, setiap orang yang pada dirinya terdapat bau tidak enak, membuat orang lain terganggu, harus dikeluarkan dari masjid, meski harus dengan menyeret tangan dan kakinya, bukan dengan menarik jenggot dan rambutnya. Demikian yang termuat dalam (kitab) Majalis Al-Abrar. [10]

Imam An-Nawawi rahimahullah memasukkan hadits-hadits tersebut di atas dalam judul “Bab larangan bagi orang yang makan bawang putih dan bawang merah, atau bawang bakung dan makanan sejenis yang mempunyai bau tidak sedap dari mendatangi masjid, sampai baunya hilang dan dikeluarkan dari dalam masjid”.

Begitu pulalah yang terjadi dengan orang yang merokok. Kebiasan menghisap rokok telah menyisakan bekas bau busuk. Sehingga keberadaaan orang tersebut di tempat mulia, seperti rumah-rumah Allah dihalangi untuk sementara. Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman menyamakan hukumnya dengan hukum memakan bawang mentah. Disebabkan, terdapat kesamaan pada keduanya. Yaitu bau tidak enak yang menyengat.

Beliau berkata, “Faktor penyebab larangan menghadiri shalat jama’ah (bagi orang yang memakan bawang mentah) adalah bau yang busuk, sebagaimana tertuang pada sebagian hadits, dan terganggunya malaikat oleh apa saja yang mengganggu anak Adam, sperti terkandung dalam beberapa hadits, maka sesungguhnya, hukum rokok pun diikutsertakan dengan bawang merah dan dan bawang putih. Bahkan rokok, baunya lebih menusuk” [11]

Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata : “Hadits ini dan hadits shahih lainnya yang semakna, menujukkan dibencinya (makruh) seorang muslim mendatangi shalat jama’ah, selama bau busuk masih kentara pada dirinya. Baik, karena usai makan bawang merah atau putih, atau makanan yang berbau tajam lainnya. Seperti juga rokok , sampai baunya sirna. Selain rokok mengandung bau yang busuk, hukumnya (juga) diharamkan, (yakni dengan) menilik banyaknya bahaya yang terkandung di dalamnya, dan keburukannya yang sudah diketahui. Rokok masuk dalam konteks firman Allah.

"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” [Al-A’raf : 157]

Dalam ayat lain.

"Mereka menanyakan kepadamu : “Apakah yang dihalalkan bagi mereka”. Katakanlah : Dihalalkan bagimu yang baik-baik” [Al-Maidah : 4]

Dan sudah diketahui, rokok bukan termasuk barang yang baik. Oleh karenanya, dapat dimengerti kalau rokok termasuk barang haram bagi umat ini” [12]

Kandungan surat Al-A’raf ayat 157 ini sudah cukup untuk menunjukkan kepada orang-orang yang berakal mengenai haramnya rokok. Ayat tersebut hanya membagi makanan dan minuman ke dalam dua jenis saja : tidak ada jenis yang ketiga. Makanan yang baik-baik diperbolehkan, dan makanan yang buruk diharamkan. Sekarang ini, siapakah yang berani mengatakan jika rokok itu baik dengan mempertimbangkan baunya, harta yang habis untuk membelinya, serta bahaya-bahaya fisik ataupun ekonomi yang muncul darinya?” [13]

Dalam Tanbihatun Ala Ba’dhil Akhtha ‘Allati Yaf’alluha Ba’dhul Mushallin. Syaikh Abdullah bin Al-Jibrin berkata : “Terhadap pemakaian sesuatu yang menyebabkan bau busuk lagi dibenci oleh penciuman manusia, seperti rokok, syisyah (merokok dengan cerobong panjang yang dijumpai di wilayah Arab) yang lebih buruk dari bawang merah dan bawang putih, yang menyebabkan para malaikat dan para jama’ah terganggu, maka kewajiban para jama’ah shalat, agar datang (ke masjid) dengan aroma yang enak, jauh dari hal-hal yang buruk”.


Oleh : Fahmi Asy-syirbuni
Sumber : Muhammad Ashim bin Musthofa

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]

12 Maret 2009

Menguak Misteri Penyembuhan PONARI

Puluhan ribu orang datang ke Jombang, ke kampung dukun cilik Ponari untuk mencari kesembuhan atas penyakit yang mereka derita. Dari sejarah perdukunan di Indonesia, mungkin praktik dukun Ponari ini paling menghebohkan. Orang mau desak-desak mengantre, mau datang dari jauh, mau gencet-gencetan, sampai 4 orang dinyatakan tewas. (Lha, mau cari sembuh kok malah tewas?).

Mengapa sampai ribuan orang mau datang ke tempat Ponari? Mengapa sampai ada yang memaksa tinggal di sekitar rumah Ponari, sambil menuntut supaya praktik perdukunan digelar lagi? Mengapa ada yang memburu air sumur, air comberan, sampai air sisa mandi Ponari? Mengapa sampai ada yang mengambil tanah, lumpur, atau apa yang bisa mereka bawa, yang diduga kuat disana terdapat “jejak kaki” Ponari? (Jadi ingat film Blue’s Clues yang digemari anak-anak).

Mengapa bisa terjadi semua kenyataan itu? Jawabnya sederhana, sebab kabar telah tersebar luas tentang kesaktian dukun Ponari yang terbukti mampu menyembuhkan banyak pasien. Konon, ada orang lumpuh, stroke, muntaber, dan lain-lain bisa sembuh setelah berobat dengan cara Ponari. Ada puluhan orang sudah terbukti sembuh, malah ada yang mengklaim ratusan orang sudah sembuh.


Ibarat dukun atau “wong pinter”, Ponari ini sudah istimewa sekali. Dia bisa melakukan pengobatan secara kolektif kepada banyak orang dan “sudah terbukti”. (Jadi ingat kampanye Dada Rosyada di Bandung waktu itu. Slogannya “sudah terbukti”. Kalau orang Jawa Timur ngomongnya ditambahi, “Sudah terbukti ngono!”). Dukun amatiran, biasanya mengobati 100 orang, 6 atau 7 bisa sembuh, selebihnya ngapusi (menipu). Nah, ini dukun Mbah Ponari. (Padahal usianya masih anak-anak kelas III SD, tapi sudah dipanggil Si Mbah). Di tangan Mbah Ponari, ratusan orang berhasil sembuh. Lagi-lagi “sudah terbukti”.

Karakter Opini Awam

Cara berpikir orang awam sangat simple. Apa yang tampak di mata, apa yang terdengar di telinga, apa yang teraba oleh telapak tangan; seketika itu juga dipercaya, diyakini, lalu diikuti. Easy, man!

Ibarat seseorang yang baru menurunkan buah nangka masak dari pohonnya. Begitu buah menyentuh tanah, seketika diserbu sampai habis tandas. Sampai tinggal dami, beton, kulit, dan getahnya saja. Itulah ciri selera orang awam. Tetapi di mata orang berwawasan, buah nangka bisa diolah sedemikian rupa sehingga nikmatnya berlipat ganda. Ada yang digoreng dengan tepung, ada yang dibuat dodol (jenang), ada yang diawetkan menjadi keripik, ada yang dibuat campuran kolak, es campur, puding, dan lain-lain. Jadi tidak main asal serbu saja.

Di mata orang awam, begitu mereka mendengar ada seorang bocah kecil kejatuhan batu setelah disambar petir, seketika menyebar berbagai macam opini seperti gelombang air bah. Mereka mulai bercerita, “Katanya, konon, jarene, ceuk si eta, qala fulan…,” dan sebagainya. Nah, inilah dia hidup di atas “jalan katanya”. Saat mendengar berita berikut: “Di Jombang ada dukun sakti. Dukun tiban. Masih anak SD kelas III. Dia bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan jimat watu gluduk.” Setelah mendengar itu, tidak pikir-pikir lagi, tidak tunda-tunda lagi; meskipun dirinya lagi makan, lagi di angkot, lagi menggendong anak, lagi di WC, lagi rapat seru, lagi bergumul dengan isterinya, lagi ini lagi itu, dan seterusnya. Seketika semuanya ditinggalkan hanya karena mendengar berita kesaktian dukun hebat.

Lho, kok mereka bodoh amat ya? Jangan dibilang bodoh amat lah, tapi cukup disebut sangat awam. Mereka terlalu lugu, terlalu polos. Seperti analogi buah nangka tadi; begitu sampai di tanah langsung diserbu. Mereka bukan tidak berilmu atau tidak pernah mendengar informasi, tetapi mentalitasnya lebih menyukai hal-hal yang simple, instant, dan sensasional. Kalau mereka disuruh memilih antara segera makan mie instan atau menunggu gulai kepala kakap (ala masakan Padang) matang, mereka akan memilih makan mie instan. Jiwanya mudah menyerah dengan sesuatu yang praktis, tanpa mau capek-capek melakukan pendalaman.

Nah, orang-orang awam itulah yang saat ini menjadi “target market” utama perdukunan ala Mbah Ponari Al Jombangi. Mereka mudah diperdaya oleh sensasi menyesatkan. Bahkan yang seperti itu merupakan klien utama praktik kemusyrikan dimanapun. Na’udzubillah wa na’udzubillah minasy syirki.

Alternatif Penyembuhan Penyakit

Kalau ada beberapa orang datang ke dukun Ponari untuk berobat, lalu sembuh. Kemudian datang lagi beberapa orang lain, berobat juga, sembuh juga. Keberhasilan sembuh seperti itu di mata orang awam sudah dianggap sebagai bukti kesaktian seorang dukun. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu.

Sebagian orang mengatakan, bahwa dukun Ponari sudah menyembuhkan puluhan orang sakit, bahkan sampai ratusan orang sakit. Caranya sangat mudah, Ponari pegang “batu ajaib” miliknya, lalu dicelupkan ke air minum yang dibawa oleh para pasien atau pengantar pasien. Secara sederhana disimpulkan: “Dukun Ponari memiliki kekuatan sakti untuk menyembuhkan manusia!” Lalu orang-orang pun mengagungkan dirinya sebagai “manusia suci” yang layak dikeramatkan. (Jika hati manusia sudah sampai ke tahap menganggap dukun Ponari sebagai pemberi kesembuhan, jelas hal itu merupakan kemusyrikan yang sangat haram).

Di dunia selama ini dikenal beberapa cara penyembuhan, yaitu:

[1] Secara medis, dengan pemberian obat, asupan suplemen, operasi pembedahan, atau terapi medis. Ini adalah cara paling umum dan diakui secara universal. Meskipun tidak setiap pasien yang menerima penanganan medis otomatis sembuh. (Mayoritas pasien yang datang ke tempat Ponari, rata-rata kaum “frustasi” terhadap terapi medis. Katanya, “Sudah ke dokter dimana-mana, tapi belum sembuh-sembuh.”).

[2] Secara terapi pengobatan Nabi (Thibbun Nabawi). Sebenarnya cara ini lebih dekat ke sistem medis modern, hanya saja ia dilakukan dengan dasar keyakinan atas kebenaran sabda Nabi. Namun dalam riset-riset modern, ternyata apa yang disabdakan Nabi itu terbukti kebenarannya. Walhamdulillah.

[3] Pengobatan dengan ruqyah (dibaca-bacakan doa atau dzikir ruqyah). Pengobatan ini sifatnya meminta pertolongan Allah lewat doa dan dzikir, seperti yang diajarkan oleh Nabi. Jika memakai media, biasanya air atau daun bidara. (Tetapi media disini bukan seperti batu, jimat, kalung, cincin, tulang, dll. yang dijampi-jampi dengan mantra-mantra, lalu diharapkan ia memiliki kesaktian penyembuhan. Tidak demikian. media yang dipakai dalam ruqyah umumnya air bersih, dibacakan doa-doa yang benar, dan diyakinkan di hati bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Dan tanpa media air pun bisa, sebab kita boleh berdoa dan berdzikir secara leluasa).

[4] Pengobatan dengan cara sihir, yaitu memanfaatkan tenaga jin-jin untuk “menyembuhkan” manusia. Caranya dengan memanfaatkan kemampuan jin-jin itu untuk melakukan terapi pengobatan sesuai keahlian mereka yang tentu saja sifatnya ghaib (tidak kita ketahui caranya, sebab berbeda alam). Atau sebagian jin disuruh untuk mengusir jin-jin lain yang bersarang di tubuh orang-orang sakit yang menyebabkan mereka menderita sakit. Banyak penyakit disebabkan oleh jin-jin yang menyusup ke tubuh manusia. Praktik tenung, santet, voodoo, kesurupan, dll. adalah bukti bahwa jin-jin itu bisa menyusup ke tubuh manusia. Bahkan Nabi mengatakan, “Syaitan (dari bangsa jin) bisa masuk ke tubuh Bani Adam seperti mengalirnya aliran darah.” Nah, penyembuhan itu dilakukan oleh jin yang kuat untuk mengusir jin-jin yang lebih lemah yang ada di tubuh manusia.

[5] Cara pengobatan asal-asalan, tanpa sandaran apapun, dan hasilnya secara kebetulan berhasil. Cara pengobatan asal-asalan itu ada, meskipun kerap kali menyebabkan orang celaka. Anda ingat di masyarakat kadang muncul istilah “dokter palsu” atau “dukun palsu”. Itu artinya pengobatan asal-asalan, hanya mengandalkan sugesti pasien sebagai modal pengobatannya.
Kalau melihat cara yang dilakukan dukun Ponari, yang dia lakukan adalah metode sihir. Alat yang dia gunakan adalah watu gluduk, batu yang disebut-sebut jatuh saat tersambar petir. Tetapi inti kekuatannya bukan pada batu itu sendiri, tetapi pada jin-jin yang ada di baliknya. Bisa saja ia satu jin, atau beberapa jin, atau banyak jin sekaligus. Sedangkan mencelupkan batu ke air, itu hanyalah langkah zhahir saja; sementara yang riil bekerja disana adalah jin-jin itu.

Praktik Sihir Pengobatan

Saya menyimpulkan, praktik yang dilakukan Ponari adalah bagian dari sihir. Sihir itu direalisasikan dengan alat watu gluduk (“batu ajaib”). Tetapi yang berperan disana ya jin-jin juga, bukan batu itu sendiri. Banyak benda-benda lain yang kerap digunakan, seperti keris, batu delima, cincin, kalung, jengglot, dan lain-lain. Tetapi benda-benda itu hanya “rumah hunian” saja bagi jin-jin durhaka itu. Maka kalau jin-nya sudah diusir, benda-benda itu akan kembali menjadi benda material biasa.

Bapak Kasman, pakar sihir di Bandung yang telah meninggal, beliau memiliki banyak koleksi keris yang sudah ditinggalkan oleh para “penghuninya” yaitu jin-jin durhaka. Tadinya keris itu bisa melakukan atraksi macam-macam, tetapi setelah penghuninya pergi, ia kembali menjadi benda biasa. Nah, tugas para Empu (dukun sihir) di masa lalu, selain menyiapkan benda pusaka (materialnya), juga mengikat jin-jin tertentu agar masuk ke benda pusaka itu. Menurut istilah orang-orang sekarang, melakukan “pengisian energi”. Padahal sejatinya, mengikat jin-jin durhaka agar tinggal di suatu benda tertentu.

Alasan mengatakan praktik Ponari ini adalah sihir, antara lain:

[a] Cara pengobatan Ponari sangat tidak rasional. Dari sisi medis, sangat tidak cocok; dari pengobatan herbal, juga tidak; kalau disebut memakai metode Nabi, beliau tidak mencontohkan cara seperti itu; kalau disebut ruqyah Islami, Ponari memakai batu dan tidak membaca doa atau dzikir ruqyah.

[b] Pertama kali pengobatan dilakukan oleh Ponari kepada adiknya sendiri yang menderita panas (disebut juga muntaber). Pertanyaannya, lho darimana Ponari tahu kalau batu itu berkhasiat memberi pengobatan? Namanya juga batu, bisa saja untuk berbagai keperluan lain. Mengapa tiba-tiba ada ide untuk pengobatan? Ponari kan bocah kecil, kelas III SD, sebelumnya tidak pernah terlibat dalam kegiatan pengobatan-pengobatan. Bahkan, mengapa pengobatan harus mencelupkan batu ke air, lalu diminum? Apa Ponari diajari di sekolahnya praktik seperti itu? Itu tandanya, ada kekuatan lain di balik Ponari yang tiba-tiba mengendalikan dirinya.

[c] Usia Ponari yang masih kecil, padahal biasanya tukang-tukang sihir itu orang dewasa. Antara usia yang sangat muda, dan kemampuan memberi pengobatan terhadap banyak penyakit, hal ini menandakan ada lompatan kekuatan manusiawi yang terlalu lebar. Bagaimana seorang anak kecil bisa begitu “sakti” (jika boleh dikatakan demikian), kalau tidak melalui praktik sihir?
Kalau watu gluduk Ponari bisa berpindah sendiri dari kebun ke meja di rumahnya, itu yang memindahkan bukan batunya sendiri, tetapi penghuni yang ada di dalamnya. Atau jin-jin yang menyertai benda itu. Anda jangan heran dengan kekuatan jin. Di jaman Nabi Sulaiman ‘alaihissalam, mereka bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis hanya dalam kedipan mata. Konon, sebagian kyai di Indonesia, ada yang setiap Jum’at ikut Shalat Jum’at di Makkah, padahal sehari-hari ada di Indonesia. Kalau benar ada yang seperti itu, kalau benar lho ya, itu memakai metode seperti jin di masa Nabi Sulaiman dan Balqis. Di tangan Sulaiman ia dihalalkan, tetapi di tangan kita (Ummat Nabi Saw) tidak halal alias haram.

Lho, kan sihir itu jahat ya?

Kata siapa semua sihir jahat? Banyak sihir yang berurusan dengan MANFAAT, seperti pengobatan, kekayaan, tenaga dalam, ilmu kebal, penampilan fisik, jabatan, kelancaran bisnis, mengikat cinta, sulap, atraksi, dan sebagainya. Secara umum, sihir berurusan dengan perkara MADHARAT dan MANFAAT. Yang berurusan dengan madharat disebut SIHIR HITAM, yang berurusan dengan manfaat disebut SIHIR PUTIH. Tetapi kedua-duanya SIHIR, merupakan hasil persekutuan dengan jin, dan ia merupakan kemusyrikan yang berakibat kekafiran.

Bedanya dengan Nabi Sulaiman As., beliau TIDAK BERSEKUTU dengan jin-jin itu, tetapi beliau memaksa jin-jin itu untuk bekerja kepadanya. Mereka dipaksa bekerja dan melayani petintah Sulaiman dalam keadaan takut. Nabi Sulaiman tidak memberi apapun sebagai imbalan atas kerja jin-jin itu. Adapun dalam persekutuan sihir, semua tukang sihir harus menyerahkan sesuatu yang berharga miliknya sebagai imbalan atas kerja yang jin-jin lakukan. Imbalan itu biasanya sesuatu yang nilainya sangat berat bagi tukang-tukang sihir itu. Minimal, mereka harus menyerahkan keyakinan (akidah) mereka kepada kekafiran. Adapun Nabi Sulaiman tidak pernah memberi apapun kepada jin-jin itu, meskipun hanya sebutir batu atau sepotong kayu.

Dalam Al Qur’an disebutkan:
“Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca oleh setan-setan pada zaman kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut; dan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sehingga keduanya berkata, ‘Sesungguhnya kami hanya (membawa) fitnah (cobaan), sebab itu janganlah engkau menjadi kafir (karena mempelajari sihir).’ Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu (tentang sihir) yang dengannya mereka menceraikan seorang (suami) dari isterinya. Dan mereka tidak memberi mudarat kepada seorang pun dengan sihirnya, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari apa yang memudaratkan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa siapa yang menukar (keimanan dengan) sihir, tiadalah baginya bagian (kebaikan) di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya (dengan sihir) kalau mereka mengetahui.” (Surat Al Baqarah: 102).

Pemanfaatan sihir untuk pengobatan itu sudah lama dipakai. Sejak jaman dulu. Di Jawa para dukun yang memberi pengobatan kerap disebut Tukang Suwuk (tukang pembaca mantera-mantera untuk pengobatan). Mereka tidak membaca doa atau dzikir ruqyah, tetapi membaca mantra-mantra, yaitu kalimat-kalimat kufur yang sangat disukai oleh jin-jin durhaka. Media yang digunakan bisa macam-macam, berbeda dengan ruqyah Islami yang umumnya hanya memakai air putih bersih. Dan dalam ruqyah tidak ada unsur kekafiran apapun.

Apa yang selama ini kita dengar sebagai “pengobatan alternatif”, “pengobatan supranatural”, “pengobatan energi alam”, “pengobatan tenaga dalam”, “pengobatan nur hikmah”, dan sebagainya, semua itu hanya istilah pemanis saja. Padahal intinya pengobatan sihir juga (SIHIR PUTIH). Semua jenis sihir, baik sihir hitam maupun putih, sama bahayanya. Dan yang lebih menyesatkan manusia adalah SIHIR PUTIH, sebab kelihatannya baik, bermanfaat, mulia, dll.

Lho, masak sihir sih? Itu kan pakai doa-doa juga, dzikir juga, puasa juga, pakai shalat, dan sebagainya? Masak sihir sih?
Ya, kita lihat dulu mekanisme pengobatannya. Kalau hanya memakai air, atau makanan yang biasa dimakan, lalu dibacakan doa-doa yang benar dari Al Qur’an atau Sunnah Nabi, dan diyakinkan di hati bahwa itu hanya usaha saja, sementara pemberi kesembuhan sejati adalah Allah As Syafi, maka cara demikian bukan sihir.

Tetapi meskipun memakai doa, dzikir, shalat, baca ayat-ayat, dan sebagainya, tetapi kalau mekanisme tidak rasional, misalnya mencelupkan batu ke air, mencelupkan cincin, menggosok dengan pusaka, memindahkan sakit ke binatang, mengerahkan tenaga dalam, dan sebagainya; jelas semua itu adalah sihir. Cara yang diajarkan Nabi adalah pengobatan, terapi, dan ruqyah. Kalau memakai cara-cara di luar itu, dengan memakai media aneh-aneh, mengerahkan tenaga dalam, melakukan “pengisian”, dan seterusnya. Jelas semua itu telah menyimpang.

Doa dan dzikir yang dipakai dalam praktik sihir putih, itu lebih berbahaya ketimbang mantra-mantra dalam sihir hitam. Mengapa? Sebab kemungkinan orang akan tertipu sangat besar. Mereka menyangka itu pengobatan Islami, padahal sihir-sihir juga. Cara menandainya, biasanya dalam pengobatan seperti itu tidak dibacakan ayat-ayat Al Qur’an atau hadits yang bisa mengusir jin atau membakarnya. Kalau tidak percaya, coba datanglah ke tempat seperti itu, lalu bacakan Ayat Kursi atau Surat Al Al Baqarah dengan keyakinan penuh secara intensif. Pasti bacaan Anda akan sangat dibenci di tempat seperti itu.

Kelemahan Sihir Pengobatan

Sihir sebagaimana cara pengobatan medis, tidak bersifat mutlak. Kadang berhasil, dan kadang gagal. Sekali lagi saya tegaskan, hakikat kesembuhan itu dari Allah Ta’ala, bukan dari obat, terapi, atau sihir. Semua itu hanya cara manusia untuk usaha, sedangkan pemberi nikmat sehat dan sembuh, hanya Allah saja. Buktinya apa? Sederhana saja, para dokter, apoteker, dukun, paranormal, dll. mereka juga mengalami sakit, seperti manusia biasa. Kalau di tangan mereka ada kesembuhan, pasti mereka bisa menolak penyakit datang ke dirinya. Lagi pula, di dunia ini tidak ada satu pun yang berani mengklaim: “Bisa memberi kesembuhan secara mutlak!” Para tukang sihir paling sakti pun tidak berani mengklaim. Buktinya, ketika waktunya mati, para tukang sihir itu mati juga.

Dalam pengobatan sihir ada banyak kelemahannya, termasuk dalam praktik yang dilakukan oleh Ponari saat ini. Antara lain:

[1] Ada sebagian orang yang bisa sembuh, tetapi banyak juga yang gagal.

[2] Pengobatan sihir itu tidak jelas parameternya. Kita tidak tahu, apakah ada kemajuan atau belum, apakah pengobatan sudah berjalan atau mandeg, apakah proses bisa cepat atau lambat, dan sebagainya. Tidak ada parameter yang jelas, berbeda dengan metode pengobatan medis pada umumnya.

[3] Kesembuhan yang diperoleh biasanya bersifat sementara, tidak ajeg (berkesinambungan). Nanti, sakit itu bisa kambuh lagi. Orang-orang yang kini gembira dengan kesembuhan, nanti mereka akan kecewa. Itu pasti!

[4] Kalau seseorang di hatinya tidak yakin dengan cara penyembuhan itu, biasanya pengobatan menjadi gagal. (Target utama para jin itu memang untuk memalingkan keyakinan manusia dari kebenaran. Kalau sejak awal kita sudah tidak yakin, jin-jin itu juga tidak mau membantu).

[5] Kesembuhan yang diperoleh biasanya membuat seseorang semakin jauh dari Allah, semakin jauh dari amal shalih. Bisa jadi, mereka mendapat kesembuhan, tetapi mereka bisa kehilangan Allah. Duhai, sebuah pertukaran yang tidak sebanding sekali. Alangkah indahnya, tetap sabar dalam sakit, namun selalu mendekap keimanan di hati dan cinta yang tulus kepada Ar Rahmaan Al Khaliq.

[6] Sekali seseorang merasa mendapat manfaat dari pengobatan sihir, biasanya dia akan terjerumus lagi dengan cara-cara serupa dalam bentuk lain. Pada suatu titik, dia akan menjadi “penggemar”, atau “fans berat” praktik perdukunan. Sejak itu hidupnya terseok-seok di jalan mistik, supranatural, “alam ghaib”, dan sebagainya.

Watak praktik sihir memang seperti itu. Ia kelihatan bermanfaat pada sebagian orang, dan gagal pada orang-orang lain. Pendek kata, disini tidak ada yang mutlak. Wong, jin-jin itu sendiri tidak bisa menolak keburukan yang Allah timpakan kepadanya. Bagaimana mereka akan menjamin kesembuhan?
Dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan beruntung tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” (Surat Thaha: 69).

Maka saran saya, sebaiknya praktik pengobatan Ponari dihentikan. Ditutup secara total. Lalu batu Ponari serahkan kepada orang-orang beriman untuk dihancurkan, seperti Ibrahim As. menghancurkan patung-patung di masa lalu. Selanjutnya, Ponari harus direhabilitasi secara fisik, psikologis, dan mental. Kasihan anak itu, dia tidak tahu apa-apa! Dia adalah anak kecil yang tidak memahami kondisi ini. Tubuhnya dipakai oleh jin-jin durhaka untuk menyebarkan kesesatan. Ponari ini harus dibimbing dan diterapi ruqyah Islami agar ia kembali ke kehidupan semula, layaknya anak-anak kecil biasa. Dan ia perlu dididik dengan metode tauhid Ibrahim As. biar ke depan tidak diganggu lagi oleh makhluk-makhluk durhaka itu.

Efek Penyesatan Ummat

Ujung dari praktik Ponari ini bukanlah untuk menyembuhkan pasien, membantu masyarakat, menyediakan pengobatan murah dan efektif, atau semisal mencari keuntungan dari praktik pengobatan alternatif. Ujung dari semua ini adalah: Penyesatan akidah Ummat!

Orang yang datang ke Ponari, lalu sembuh; dia akan percaya bahwa Ponari sakti, batu Ponari sakti, dia bisa menyembuhkan, dan lainnya. Nanti kalau Ponari meminta sesuatu kepada orang-orang yang sembuh itu, dijamin akan dilayani dengan sempurna, sebagai bagian dari “mengabdi kepada orang suci”. Bagi yang gagal sembuh, mereka akan mencari dukun-dukun yang lain, untuk mengejar kesembuhan, sampai mendapatkan. Bisa jadi, setelah sekian lama mencari, akhirnya dia cocok dengan dukun tertentu. Disanalah dia terjerumus dalam syirik. Na’udzubillah wa na’udzubillah minas syirki, zhahira wa bathina.

Orang yang sekarang sembuh, tetapi nanti kambuh lagi. Mereka akan penasaran, lalu mencari “Ponari Ponari” yang lain. Ya bagaimana lagi, hatinya sudah kadung cinta dengan dunia “alam ghaib” seperti itu.

Sihir itu sendiri adalah kekafiran, biarpun dibungkus dengan doa, dzikir, atau apa saja. Para pelaku sihir akan menjadi kafir, sebab dia menyerahkan hatinya kepada kekafiran. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik. Sedikit yang diperoleh, tetapi sangat besar tebusan yang harus diberikan. Jin-jin durhaka sangat suka dengan orang-orang yang mau menyerahkan agamanya sebagai ganti pelayanan yang mereka peroleh. Sebab memang itu tujuan mereka, menyesatkan manusia!

Lebih baik, seorang Muslim tabah dalam sakitnya, tetap mengimani Allah dan menjalankan agama sekuat kesanggupannya. Biarlah dia sakit, asalkan tetap beriman dan ridha kepada-Nya. Daripada mereka mendapat kesembuhan (menipu), tetapi akibatnya mereka jatuh dalam kekafiran, ditinggalkan oleh Allah, hati menjadi gelap, sulit mendapat khusyuk dalam ibadah, dan diserahkan jiwanya kepada syaitan-syaitan. Na’udzubillah bi ‘Izzatillah min kulli dzalik.

Kalau mau ikhtiar, carilah cara-cara yang baik, cara yang wajar. Jangan seperti cara-cara buruk itu. Lebih baik kita tetap sakit tetapi istiqamah dalam keimanan, daripada menjadi sembuh tetapi terjerumus kemusyrikan. Di mata orang beriman, sakit itu bisa menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan syukur; dan di mata orang jahil, tubuh sehat pun kerap kali tidak menambah kebaikan baginya.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf atas semua kesalahan dan kekurangan. Yang benar dari Allah, yang salah dari diri saya sendiri. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Wallahu a’lam bisshawaab.



Oleh : Fahmi

sumber : http://abisyakir.wordpress.com

10 Maret 2009

Be My Valentine..? Nggak Deh..!

Bulan Pebruari ini nuansa cinta dan romantisme terasa banget. Banget terasa. Kalo nggak percaya, berarti kamu nggak merasakan (hehe sori ye, kita bukan nuduh api cinta kamu telah padam). Kita-kita yang udah ‘bangkotan' aja jadi serasa baru usia 17 (ehm… maunya!). Apalagi kamu yang emang ABG. Jujur saja, kalo ngomongin urusan cintrong serasa berbunga-bunga hati ini. Duh, kayaknya seluruh ruangan dalam sudut hati ini berwarna pink. Sambil sesekali membayangkan sosok yang kita bisa angankan dan impikan setiap hari. Sosok yang mampu menyita perhatian dan tenaga kita. Duilee.. sampe segitunya ya…

Sobat muda muslim, di bulan ini sebagian dari kita kayaknya ngedadak jadi lebih sentimentil, lebih romantis (asal jangan roman manis hati iblis aja yee), lebih peka, dan ujug-ujug jadi pujangga karbitan yang bisa melahir-kan puisi cinta. Ibarat grafik pada seismograf , bulan ini mencapai peak (puncak) tertinggi. Walah, gempa bumi bisa kalah dahsyat tuh dengan gelora di hati ini. Hati yang tengah dilanda goncangan tektonik bernama cinta (weh, ini kok jadi sok ilmiah begini neh. Hehehe).
Ssstt.. jangan-jangan banyak di antara teman kamu (atau kamu sendiri?) yang udah nyiapin big deal neh dengan kekasih hatimu? Tambah berbunga-bunga deh menjelang perayaan Valentine Day's. Wah, bisa-bisa banyak cowok yang nawarin diri jadi ‘pangeran'. Itu sebabnya, sekarang udah berseliweran tuh rayuan gombal: “Be My Valentine?” Sok pasti tuh cowok minta jawaban dari kamu yang cewek untuk menganggukkan kepala sebagai bentuk persetujuan.

Eh, mungkin banyak di antara kamu udah merancang surat atau puisi cinta; entah bernada sedih atau berirama riang gembira. Kamu yang jagoan fisika, biar lebih spesial di hari kasih sayang ini, bikin puisi cinta yang kental dengan istilah-istilah fisika. Begitu pun dengan yang jagoan kimia.
Sekadar contoh dikit neh, puisi cinta mahasiswa jurusan fisika en teknik kimia, juga ada neh dari mahasiswa kedokteran.


Mau tahu? Simak deh: Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku. Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum. Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa. Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro...” (walah…, ini penggalan puisi mahasiswa jurusan fisika).

“Waktu kutulis surat ini, aku sedang me-nyelesaikan run -ku yang keduapuluhdua. Entahlah.. kala memandang kukus jenuh yang mengepul manja hingga terbirit malu mening-galkan boiler, aku lihat bayanganmu di sana. Bayangan syahdu, gemulai, sendu yang dihiasi dengan senyum continuous yang meneduhkan, namun di balik keteduhan itu terdapat cahaya yang sanggup memancarkan berjoule-joule energi untuk menggerakkan turbin hatiku.” (ini contoh surat cinta anak teknik kimia, bro!)

Mau yang lain? Ada juga neh puisi mahasiswa fakultas kedokteran (tapi peng-galannya aja ya.. sebab kalo semuanya ditulis, nanti buletin edisi ini jadi bertabur puisi dan surat cinta dong hehehe) Simak neh:
Gambaran radiografi inginmu non-visualized. Harapanmu tak terdeteksi dengan USG. CT Scan kemauanmu tak bisa diinterpretasi. Anganmu tak terbaca di lembaran elektrokar-diogram. Jelaskan, dengan apa harus kutegak-kan diagnosa cintamu?
Sobat muda muslim, rasanya makhluk bernama cinta bisa dipoles sedemikian rupa bergantung latar belakang yang sedang jatuh cinta. Itu sebabnya, cinta itu memang universal banget. Kita bisa menumpahkan energi cinta kita kepada orang yang kita sayangi dan kasihi. Tapi hati-hati lho, cinta juga butuh aturan. Nggak sembarangan main tubruk atau main pukul aja dalam meng-epresikannya (emangnya tinju?). Yup, cinta butuh aturan, bro!

Jangan tergesa ungkapkan cinta...

Rasa cinta bakalan bikin kamu punya gejala-gejala aneh. Kadang ketawa sendiri (kalo ini jangan ketawa dekat petugas RSJ, bisa dijaring dan dikarantina di RSJ lho), adakalanya panas-dingin kalo nggak jumpa sehari sama sang pujaan hati, bisa uring-uringan kalo nge- date batal, bisa juga sumringah nggak karu-karuan pas berhasil jalan bareng.

Wuih, cinta emang bisa bikin derita terasa nikmat (moga tidak sedang ngimpi), gula jawa rasa coklat (jangan-jangan indera penge-capnya udah rada error neh?), jauh terasa dekat (ini mah jauh di hati dekat di SMS), dan dihantam terasa dipijat (moga bukan lagi latihan smackdown). Pokoknya deket terus sama yayangnya deh. Duile.. sampe segitunya yee...

Itu sebabnya, dua orang yang saling jatuh cinta itu digambarkan bahwa mereka sebetulnya sedang mencintai dirinya sendiri. Ibnu Qayyim mengutip pernyataan Muhammad Daud adzh-Dzhahiri dalam karyanya, az-Zahra, “Cinta merupakan cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena, sebenarnya, ia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri.”

Sobat muda muslim, jika kamu sedang dilanda rasa cinta, jangan tergesa untuk ungkapkan cinta. Lebih baik dipikirkan dan dirasakan dengan penuh penghayatan. Sebab, kita nggak mau dong kecemplung abis di lembah cinta yang bernoda.
Itu sebabnya, jangan keburu seneng kalo menjelang 14 Pebruari ini ada cowok di hadapan kamu bilang, “Be my Valentine?”. Sebab, siapa tahu tuh cowok tengil lagi nyari mangsa cewek yang HBL (haus belaian laki-laki). Ih, jangan nekatz ah. Jangan sampe kamu reflek ngasih respon, meski cuma dengan anggukan kepala tanda setuju jadi pacarnya. Ati-ati, meski tuh cowok punya wajah hasil kolaborasi Brad Pitt, David Beckham, dan Nicholas Saputra. Iya, soalnya percume deh ganteng juga tapi lemah iman mah . Tul nggak?

Mungkin kamu kudu jujur sama diri kamu sendiri, bahwa yang bergerak meronta di dasar hatimu itu pasti cinta sehat atau cinta yang sakit? Pasti cinta suci atau justru cinta berbalut nafsu jelek? Sebab yang merasakan gejolak di hatimu, ya cuma kamu sendiri. Orang lain cuma bisa melihat gelagat yang nampak dalam perbuatanmu.
So, kalo kamu, para akhwat ngebet banget sama ikhwan, jangan asal tergesa ungkapkan cinta. Lihat dulu bener nggak ikhwan ‘beneran'. Hehe....

Ikut pesta Valentine? Nggak ah!

Sobat muda muslim, sudah saatnya kita mengetahui asal-usul pesta ini. Meski pada tanggal 14 Pebruari seluruh dunia pesta cinta, tapi bukan berarti pesta itu layak juga kamu lakuin. Bener lho. Karena yang jelas, pesta ini nggak ada sangkut pautnya dengan ajaran Islam, bahkan ada juga kalangan Nasrani yang nggak suka dengan pesta ini.

Mau tahu pendapat mereka? Menurut mereka, V Day nggak ada hubungannya dengan keimanan kaum Nasrani. Menurut Ken Sweiger yang menulis artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Jadi, sama sekali nggak ada hubungan dengan agama Nasrani. (Permata, Edisi 21/VIII Pebruari 2004)

Sobat, Islam juga nggak mengajarkan masalah ini. Coba deh kamu buka al-Quran en kitab-kitab hadis, dan juga fikih. Nggak ada anjuran untuk ngerayain V Day. Sebaliknya, malah dilarang abis. Misalnya dalam firman Allah Swt.:
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS al-An'am [6]: 116)

Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (gaya hidup dan adat istia-datnya), maka mereka termasuk golongan tersebut.” (HR Abu Daud dan Imam Ahmad dari Ibnu Umar)

Jadi, kalo sampe ada remaja muslim dan muslimah yang ikutan latah ngasih kado berupa permen, coklat, atau ngirim e-mail bergambar Cupid en hati, kirim SMS, EMS, or MMS yang bernuansa VD kepada seseorang yang kamu sukai, apalagi terus ngerayain pesta VD, aduh, mohon untuk segera minta ampunan sama Allh deh. Istighfar yang banyak yee...

Bubarkan pacaran!

Walah, ini bukan belaga kejam en sok jagoan sobat. Kita sih jujur aja neh. Pacaran ibarat kompor yang menyala terus. Ia bakal manas-manasin kamu untuk terus merasa aman dalam HTI (hubungan tanpa ikatan) itu.
Tanpa ikatan? Lha iya, emangnya pacaran tuh ada ijinnya? Terus dikasih buku khusus seperti waktu bapak or ibu kita nikah? Nggak lha yauw. Itu sebabnya kita ngasih label HTI alias hubungan tanpa ikatan untuk mereka yang pacaran (meski mungkin ada yang nggak setuju). Tapi yang jelas, “Pacarmu, bukan istrimu”, kata Kang Iwan Januar dalam buku Surga Juga Buat Remaja, Lho…

Lagian saat kamu pacaran, apakah kamu bisa menikmati segala hal yang kamu inginkan? Belum tentu bro . Kalo pun kamu nekat mau menikmati, tetep aja kamu was-was. Misalnya aja, kamu lagi mojok di bawah pohon pisang, malem-malem lagi. Begitu denger suara kentongan yang dipukul oleh hansip or petugas ronda, kamu langsung pasang kuda-kuda untuk menggunakan ilmu mustika...bur! Memang begitulah kondisi orang yang merasa bersalah. Serba was-was. Nggak nikmat deh. En, tentunya kagak tenang. Makin jelas, itu namanya hubungan tanpa ikatan! Jadi, bubarkan pacaran!

Sobat muda muslim, kita ngasih wanti-wanti begini karena emang udah banyak ‘penampakan' dari rusaknya budaya ini. Bagi mereka yang pacarannya ampe angot-angotan ngikutin gaya “Surti-Terjo”-nya Jamrud, rasanya bakal menuai hasil, kalo nggak si cewek hamil, ya dua-duanya bisa aja kena PMS (Penyakit Menular Seksual). Tapi yang pasti—kalo kebetulan dua kondisi tadi nggak dialami—tapi mereka berdua udah menabung dosa tuh! Naudzubillahi min dzalik! Firman Allah Swt:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)

Nah, apalagi gelaran VD itu sering berubah jadi ajang seks bebas yang sepertinya dilegalkan. Awalnya cinta-cintaan, mulanya sayang-sayangan, eh ujungnya langsung ‘banting-bantingan...'

Seorang pakar kesehatan di Inggris menganjurkan seks di hari Valentine. Seperti yang ditulis Kantor Berita Reuter bahwa Direktur Kesehatan British Heart Foundation , Prof. Charles George mengatakan bahwa seks tidak saja membakar 100 kalori tapi juga baik untuk kesehatan. Maka ia berharap agar masyarakat Inggris, tua dan muda, mengisi V Day dengan aktivitas seksual. Pernyataan itu disampaikannya dalam sebuah pesan Valentine-nya. (Permata, 21/VIII Pebruari 2004)

Inget, jangan nodai cinta kamu dengan aktivitas pacaran dan seks bebas (termasuk di pesta Valentine). Lagian udah jelas tuh, kalo Valentine ternyata acapkali dijadiin simbol kebebasan seks juga. Gaswat euy!
So, kalo kamu yang cewek ditanya sama cowok, “Be My Valentine?” Jawab saja dengan santai: “Nggak Deh!”



[fahmi] ^_^

Yuk, Kita Khitbah...!

Duh, judulnya kok provokatif banget ya? Hmm… nggak juga kok? Lagian kenapa musti ditutup-tutupi, iya nggak? Masak kita kalah sama yang aktivis pacaran. Mereka sampe nekat over acting di depan banyak orang. Nggak tanggung-tanggung, mereka cuek aja bermesraan. Nggak peduli lagi dengan orang di sekitarnya. Bahkan mungkin ada rasa puas udah bisa ngasih hiburan ke orang lain. Hih, dasar!

Lihat aja di angkot, di pasar, apalagi di mal, ada aja pasangan ilegal ini yang nekat melakukan adegan yang bisa bikin orang yang ngeliat merasa muak dan sebel. Aksi nekat dan berani malu memang. Hubungan gelap dan liar!
Pacaran dikatakan hubungan gelap? Ya, sebab, ikatan antara laki-laki dan wanita yang sah dalam pandangan Islam adalah dengan khitbah dan nikah. Nggak ada selain itu. Dengan demikian yang boleh dibilang sebagai hubungan yang terang itu adalah khitbah dan nikah itu. Namun demikian, jangan dianggap bahwa khitbah sama dengan pacaran islami lho..., Itu salah besar sodara-sodara.

Sobat muda muslim, khitbah dalam bahasa Indonesia artinya meminang. Udah pernah kenal istilah ini? Jangan sampe kuper ya? Apalagi selama ini, kayaknya banyak juga dari kita yang nggak kenal istilah-istilah islami. Yang kita hapal betul dan udah terformat dalam otak dan pikiran kita adalah istilah dan aturan main yang bukan berasal dari Islam. Jadinya ya pantas aja nggak ngeh, bahkan mungkin nggak kenal sama sekali. Memprihatinkan memang..


Anehnya, kita lebih kenal dan paham istilah pacaran. Akibatnya, sebagian besar dari kita mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maklum, perbuatan itu kan selalu berbanding lurus dengan pemahaman. Itu mutlak lho, nggak bisa ditawar-tawar lagi.
Ujungnya, ada juga yang kemudian menganggap bahwa pacaran adalah semacam aktivitas wajib bagi orang dewasa, ketika ingin memilih or mencari pasangan hidup. Itu sebabnya, jangan heran pula kalo ada ortu yang begitu resah dan gelisah ketika menyaksikan anak gadisnya masih menyendiri. Pikirannya selalu yang serem-serem.

Ujungnya, untuk mengusir perasaan itu, nggak sedikit ortu yang tega ngomporin anaknya supaya nyari pasangan. Dalam beberapa kasus malah lebih mengerikan, ada ortu yang ngasih pernyataan, bahwa siapa pun deh pacar anak gadisnya yang penting laki-laki  . Wacksss? Nah lho, apa nggak salah tuh? Tentu salah dong dalam pandangan Islam. Kok nggak disuruh nikah? Kok malah dibiarin pacaran dulu? Waduh. Bahaya Mas! Dan, tentunya ada juga di antara mereka yang menjalani aktivitas itu karena memang nggak tahu hukumnya, alias kagak nyaho, jadinya ya kayak begini ini.

Apa yang kudu dilakukan sebelum khitbah?

Ini ceritanya kalo kita udah serius mau nikah lho. Jadi, untuk temen-temen yang masih SMP or SMU, kayaknya jadikan aja sebagai wawasan ya? Untuk sementara kok. Kali aja nyangkut-nyangkut dikit deh. Biar nggak buta banget. Emang sih kagak enak ati ya, cuma dapet teorinya doang. Praktiknya belum. Tapi nggak apa-apa kan? Kuat nahan aja dulu ya?

Buat para cowok, sebelum kita nekat mengkhitbah pasangan kita. Ada beberapa kriteria yang kudu jadi patokan kita. Nggak asal aja ya? Pesan kita neh, Jangan keburu-buru. Gunung tak akan lari dikejar. Kalem aja Mas!

Pertama, carilah wanita yang sholihah. Abdullah bin Amr berkata bahwa Rasulullah saw suatu saat bersabda: Dunia ini sesungguhnya merupakan kesenangan, dan kesenangan dunia yang paling baik adalah seorang wanita yang shalihah (HR Ibnu Majah) Nah, itu pesan nabi kita sobat. Jadi jangan sekali-kali nyari yang bakalan bikin repot buat kita-kita. Pokoke, jangan ambil risiko dengan memilih gajah, alias gadis jahiliyah. Masak tega-teganya sih kamu milihin buat anak-anak kamu nanti ibunya yang amburadul begitu rupa. Dan tentunya biar peluang kamu gede untuk dapetin gadis yang sholihah, maka kamunya juga kudu jaim (jaga imej). Kamu musti taat dan sholeh juga dong. Malu atuh, seorang muslim tapi kelakuannya nyontek abis kaum lain. Mana ada cewek baik-baik mau sama kamu yang begitu. Jadi, dua-duanya emang kudu oke.

Kedua, kalo kamu pengen nyari calon istri, sebelum meminta ke ortunya (mengkhitbah), pastikan calon kamu itu oke punya dong. Utamanya dalam soal agamanya. Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasululloh juga pernah bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunan¬nya, karena kecantikannya dan karena agama¬nya. Tetapi hendaklah kamu memilih wanita yang beragama. Camkanlah hal ini olehmu. (HR. Jamaah kecuali Tirmizi) Betul. Itu bakalan bisa memberikan yang terbaik buat kita. Memang sih, kita kepengen banget dapet pasangan yang wajahnya enak dan sedap dipandang mata. Yang laki-laki barangkali mengkhayal, kali aja dapet istri yang wajahnya kembaran banget ama Shakira or Jessica Alba. Aduh, gimana senengnya kali yee. Begitu juga anak cewek, berharap banget dapet gandengan itu cowok yang mirip-mirip Vaness Wu or Vic Zhou. Wah, bisa-bisa kesetrum tuh.

Tapi tentunya bakalan percuma aja kalo punya gandengan yang tampilannya oke tapi bikin berabe. Karena doi nggak taat sama Alloh. Kalo dalam istilah komputer, jangan sampe kita punya pasangan tipe Windows, tampilan luar sih boleh, tapi dalemnya penuh bugs. Wacksss?

Ini berlaku buat kedua belah pihak dong. Yang laki kudu taat, begitu pun yang wanita. Jangan sampe yang wanita nyablaknya minta maaf (bosen pake ampun aja). Gaswat itu. Kalo dalam istilah komputer, cewek model gitu katanya tipe monitor, genit, senangnya diperhatiin, suka pamer, padahal belum tentu yang dipamerin bagus.
Oke, paling nggak inilah panduan awalnya sebelum kamu mengkhitbah wanita pujaan hati¬mu. Jadi jangan asal aja. Begitu juga kamu yang wanita atau walinya, jangan cuma seneng ngelihat cowok atau calon menantunya dari tampilan fisiknya aja, padahal pikirannya amburadul. Intinya carilah yang beriman kepada Alloh Swt. Abu Nuim mentakhrij di dalam al-Hilyah, 1/215, dari Tsabit al-Banaty, dia berkata: Yazid bin Muawiyah menyampaikan lamaran kepada Abu Darda untuk menikahi putrinya. Namun Abu Darda menolak lamarannya itu. Seseorang yang biasa bersama Yazid berkata, Semoga Allah memberikan kemaslahatan kepadamu. Apakah engkau berkenan jika aku yang menikahi putri Abu Darda? Yazid menjawab, Celaka engkau. Itu adalah sesuatu yang amat mengherankan.” Temannya berkata, Perkenan¬kan aku untuk menikahinya, semoga Allah mem¬berikan kemaslahatan kepadamu. Terserahlah, jawab Yazid. Ketika Abu Darda benar-benar menikahkan putrinya dengan temannya Yazid itu, maka tersiar komentar yang miring, bahwa Yazid menyampaikan lamaran kepada Abu Darda, tapi lamarannya ditolak. Tapi ketika ada orang lain dari golongan orang-orang yang lemah, justru Abu Darda menerima dan menikahkan¬nya. Lalu Abu Darda’ berkata,Aku melihat seperti apa kurasakan di dalam hatiku. Jika ada dua pelamar, maka aku memeriksa rumah-rumah yang dilihatnya bisa menjadi tumpuan agamanya.”

Khitbah saja!

Lho, iya, ngapain dilama-lamain, kalo emang kamu udah merasa cocok dan yakin dengan pilihanmu dengan kriteria seperti disampaikan di atas. Nggak usah ragu Mas, silakan saja. Kalo masih ragu, coba lakukan sholat istikhoroh. Siapa tahu tambah ragu, eh, sori, bisa bikin yakin hati kamu. Terus kalo udah siap segalanya? Pokok¬nya, bagi yang udah siap nikah neh. Jadi memang kalo belum siap or berani untuk nikah, men¬dingan jangan mengkhitbah akhwat. Itu bakalan bikin runyam. Oya, gimana sih cara kita melakukan khitbah sama gadis idaman kita?

Nggak susah. Kalo kamu udah siap mental, insya Alloh kendala yang lain bisa diatasi. Awalnya, pas kamu dapet kembang yang bisa membikin hatimu kesengsem, dan itu kemudian terus membetot-betot hatimu untuk selalu tentrem kalo mengingat namanya, apalagi sampe ketemu segala. Nah, kalo kamu berani, bilang aja sendiri sama beliau kalo kamu tuh tertarik. Aduh, radikal amat?
Ah, nggak juga tuh. Mudahnya begini. Jurus pertama, tanya dulu, apakah doi udah ada yang punya atau belum. Soalnya jangan sampe kita meminang pinangan orang lain. Bisa gaswat. Namanya juga orang. Punya hati, dan sangat mungkin sakit hati. Kalo sampe begitu, udah mending kalo cuma digebukin pake omongan, lha kalo sampe digebukin pake pentungan besi? Nggak mustahil kalo urusannya bisa langsung ngontak tukang gali kubur kan? Adalah Abu Hurairah yang berkata: Rosululloh saw. bersabda: Seorang laki-laki tidak boleh meminang perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya. (HR. Ibnu Majah)

Kalo ternyata gadis itu masih sendiri? Nggak dilarang kalo kamu ngajuin pinangan.
Lebih sueneng lagi kalo doi menyambut cinta kita. Aduh enake. Jadi jurus keduanya, langsung datengin ortunya. Minta langsung kepada mereka. Tapi jangan ngeper ya? Jangan sampe pas dateng ke rumahnya, begitu pintu dibuka, yang muncul adalah lelaki setengah baya dengan kumis tebel segede ulet jambu, kamu langsung ngibrit balik lagi. Yee… itu sih kebangetan. Hadapi aja. Nggak usah takut. Kata pepatah; segalak-galaknya macan, nggak bakalan berani makan sendal, eh, anaknya sendiri.

Lagian, itu kan boleh dibilang camer (calon mertua), ngapain kudu takut segala. Iya nggak? Sampaikan saja apa maksud kedatangan kamu ke mereka. Bahwa kamu berminat kepada putri mereka, dan serius ingin membina rumah tangga dengannya. Kalo ditolak? Ya, jangan sampe dukun bertindak dong. Itu namanya cinta terpadu, alias terpaksa pakai dukun. Nggak boleh. Kalem aja. Sabar. Kembang tak hanya setaman. Ceileee..  menghibur diri, padahal mah hati serasa kompor meledug! Jadi intinya, kamu mengkhitbah akhwat pujaan hatimu itu langsung ke ortunya. Tentunya setelah oke dengan doi dong. Kenapa kudu menyampaikan ke ortunya? Lho, itu kan walinya. Sebab seorang gadis itu dalam pengawasan walinya. Karena walinya (ayah, dan saudara dari ayahnya), bertanggung jawab penuh. Terus selain meminta kepada ortunya, dan jika ortu udah oke, boleh nggak melihat calon istri kita? Misalnya, untuk memastikan apakah telinganya masih utuh ada dua-duanya ataukah tidak. Karena kan selama ini nggak kelihatan ditutupi kerudung terus. Intinya, jangan sampe kita beli karung dalam kucing, eh, beli kucing dalam karung. Yup, boleh melihat kok. Tapi bukan seluruh tubuhnya. Bisa gawat!

Anas bin Malik berkata: Mughirah bin Syubah berkeinginan untuk menikahi seorang perempuan, lalu Rasulullah memberi nasihat kepadanya: Pergilah untuk melihat perempuan itu, karena dengan melihat itu akan memberikan jalan untuk lebih dapat membina kerukunan antara kamu berdua Lalu ia pun melaku¬kannya, kemudian menikahi perempuan itu, dan ia menceritakan tentang kerukunan dirinya dengan perempuan itu. (HR. Ibnu Majah)
Sobat muda muslim, kayaknya kalo dibahas terus bakalan asyik juga ya? Tapi sayang, tulisan ini nggak cukup menampung semua persoalan itu. Jadi intinya, bagi kamu yang udah siap moril, materiil, maupun onderdil, segera saja menikah. Mau khitbah dulu juga boleh. Tapi jangan lama-lama. Dan inget, kalo pun udah khitbah, kamu kudu tetep menjaga batasan dalam bergaul. Kan, tetep aja belum sah jadi suami-istri. Makanya, cepetan nikah aja! Dan buat kamu yang masih SMP or SMU, jadikan ajang ini sebagai wawasan awal ya? Biar ngeh juga. Jadi, hindari pacaran dan fokus belajar. Untuk yang udah mapan, langsung nikah sajalah. Ya, kalo nikah itu halal, buat apa pacaran? Iya nggak?

Soal Rizki? Dari Alloh. Firman Alloh Swt.: Dan nikahkanlahlah orang-orang yang sendirian di antaramu, dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Alloh akan memampu¬kan mereka dengan karunia-Nya. Dan Alloh Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS an-Nûr [24]: 32)
Rasulullah saw. bersabda: Ada tiga golongan yang berhak ditolong oleh Alloh Swt: Seorang Mujahid di jalan Allah, Mukatab (budak yang membeli dirinya dari tuannya) yang mau melu¬nasi pembayarannya, dan seorang yang menikah karena mau menjauhkan diri dari yang haram (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Jadi begitu sobat. Paham kan?



Oleh : Abu Muhammad - Fahmi Asy-syirbuni